contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Rabu, 20 Oktober 2010

Akhir-akhir ini Indonesia sedang dibanjiri dengan produk-produk luar negeri yang secara tidak langsung sangat berdampak pada perindustrian Indonesia sendiri. Banyak perindustrian yang harus bersaing untuk menarik para konsumen untuk menggunakan produk dalam negeri. Salah satu industri/manufakturing yang merasakan dampak/impact yang sedemikian hebat dengan adanya CAFTA ini adalah industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Bea masuk 0% dari China berdasarkan perjanjian FTA China-ASEAN yang telah ditandatangani tahun 2005,mau tidak mau akan memberikan dampak serius bagi pasar domestik. Hingga saat ini pun China telah menguasai 15% pasar TPT domestik. Apabila dari China tetap dipertahankan 5%, maka API memperkirakan lonjakan impor TPT dari China bias dipertahankan dengan pertumbuhan sekitar 20-30% per tahun Sampai dengan tahun 2012. Namun dengan tarif 0% sesuai CAFTA jika diberlakukan maka sudah dapat dipastikan lonjakan impor dari China akan lebih sulit untuk dikendalikan.
Meskipun demikian, terdapat pula peluang-peluang yang tidak boleh diabaikan. Recovery ekonomi negara-negara maju diharapkan kembali meningkat, sehingga meningkatkan ekspor TPT Indonesia ke negara-negara tersebut. Perjanjian-perjanjian dagang yang sudah ditandatangani, diharapkan tidak hanya meningkatkan impor dari negara-negara partner saja melainkan juga mampu meningkatkan penetrasi pasar di negara-negara partner.
Namun dengan semakin ketatnya persaingan di pasar global ini, maka faktor daya saing tetap menjadi kunci utama keberhasilan tersebut. Perindustrian kita masih belum lepas dari masalah-masalah yang menjadi titik lemah daya saing industri. Maka, untuk meningkatkan daya saing industri di pasar internasional, masalah-masalah tersebut perlu segera mendapatkan penanganan serius.
Khusus di sektor ketenagakerjaan atau Sumber Daya Manusia, pengelolaan ketenagakerjaan masih terpaku pada penetapan upah minimum atau UMR. Aspek produktifitas belum mendapat perhatian serius. Pekerja hanya melihat upah hanya dari sisi jam kerja. Sedangkan pengusaha melihat upah dari produktifitas.
Sementara itu, ILO mencatat bahwa produktifitas tenaga kerja Indonesia masih berada di peringkat 59 dunia jauh di bawah produktifitas tenaga kerja negara-negara pesaing. Sebagai perbandingan, Thailand berada di peringkat 27, Korea peringkat 29, dan China peringkat 31.
Salah satu penyebab rendahnya tingkat produktifitas tenaga kerja di Indonesia adalah tingginya angka pengangguran di Indonesia. Menurut Depdiknas, pengangguran Sarjana di Indonesia lebih dari 300.000 orang. Di sisi lain para Head Hunter dan HRD Officer mengeluhkan sulitnya mendapatkan tenaga kerja terdidik di Indonesia. Ternyata terdapat fenomena bahwa para lulusan perguruan tinggi hanya berminat pada perusahaan besar dan menengah yang jumlahnya sangat terbatas. Sementara perusahaan berskala kecil dan menengah jumlahnya lebih dari 40 juta, namun tidak sanggup memberi gaji besar sehingga para lulusan perguruan tinggi memilih menganggur, sehingga jumlah pengangguran terdidik pun setiap tahun bertambah. Namun, banyak juga perusahaan yang mengeluhkan rendahnya kompetensi para lulusan/pelamar kerja dibandingkan standart atau spesifikasi kompetensi yang dibutuhkan.
Tidak heran, bila pada akhirnya diperoleh kesimpulan bahwa selain produktifitas, tingkat kompetensi tenaga kerja/SDM di Indonesia pun pada umumnya masih rendah. Pembinaan keahlian dan produktifitas masih lebih banyak dilakukan oleh perusahaan dimana tenaga kerja tersebut bekerja. Bagi perusahaan-perusahaan besar yang memiliki pengembangan tenaga kerja hal tersebut tidak menjadi masalah. Namun, bagi perusahaan kecil menengah memperoleh tenaga kerja terampil dengan produktifitas tinggi masih sangat sulit. Kesulitan ini pula yang dialami oleh PT. PISMATEX (Integrated Textile Industry).

Penyiapan SDM PT. Pismatex dalam Merespon Tantangan Globalisasi CAFTA
PT. PISMATEX, awalnya adalah sebuah pertenunan traditional (ATBM) milik perorangan yang didirikan di Pekalongan sekitar tahun 70an (+/-1972). Seiring dengan perkembangannya khususnya dalam mengembangkan brand unggulan yaitu Sarung GAJAH DUDUK perusahaan ini berkembang lebih modern dan beralih ke ATM (Alat Tenun Machinal) dengan kapasitas produksi yang terus meningkat. Tidak hanya dari sisi teknologinya saja di sisi organisasi dan manajemen pun terus berkembang hingga di tahun 1994 beralih menjadi Perseroan Terbatas dan dalam pengelolaannya pun berangsur-angsur berubah menuju lebih profesional. Kapasitas produksinya sekarang sudah mencapai 650.00 kodi/tahun dengan 1.450 unit mesin dan didukung oleh + 3.500 karyawan.
Tahun 1995 mulai menjajaki pengembangan bisnisnya dengan pendirian PT. PISMA PUTRA TEXTILE (Spinning & TFO) dan mulai operasional di awal tahun 2000. Saat inipun PT. PISMA PUTRA TEXTILE sudah berkembang dari kapasitas 15.000 spdl menjadi 60.000 spdl.
Sekitar tahun 2003 PT. PISMATEX juga mulai merambah ke industri garmen, walaupun untuk saat ini masih didominasi dengan produk-produk busana muslim.
Sebuah proses perjalanan panjang yang pada akhirnya mengantar PT. PISMATEX menjadi sebuah indutri textile terpadu (integrated) yang tetap exist serta terus berkembang hingga saat ini.
Dan dengan adanya CAFTA sekarang ini PT. PISMATEX pun mau tidak mau harus siap menerima kondisi ini dengan tetap optimis sebagai suatu tantangan (challenge). Karena kami yakin IN A CHALLENGE THERE WOULD BE A CHANCE.
RECRUITMENT sebagai Gerbang Mendapatkan SDM Handal
Keberhasilan PISMA bukan suatu proses serta merta tanpa perjuangan dan usaha. Pasangsurut, keberhasilan-kegagalan, pembelajaran dan pembenahan, hingga kemauan untuk senantiasa beradaptasi dengan situasi yang terus berubah. Only a company can addapt to development of market will be able to make the challenge becames chance. Mengingat CAFTA dan era perdagangan global merupakan sebuah CHALLENGE (tantangan) bagi PISMA GROUP, maka persiapan untuk menghadapinya sudah dilakukan jauh sebelumnya. Kami terus berbenah diri dan pada awal tahun 2009 Manajemen PISMA GROUP mencanangkan PROGRAM PERUBAHAN ke seluruh unit-unit bisnisnya. Hanya dengan menerima perubahan dan mau berubah kita akan survive, tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali PERUBAHAN itu sendiri.
Salah satu yang kami siapkan adalah dari sisi human atau SDMnya. Untuk bisa exist di era perdagangan bebas CAFTA, PISMA GROUP tentu harus disupport oleh tenaga-tenaga yang tepat dan kuat. Maka target yang ditetapkan pun tidak main-main “The Right Man on The Right Place, and based on The Right COMPETENCE”. Begitu consent-nya perusahaan terhadap faktor SDM, karena kami yakin dalam sebuah organisasi MANUSIA bukan hanya sekedar FAKTOR melainkan AKTOR.
Sebuah Organisasi tentu memiliki OBJECTIVE pertumbuhan yang ingin dicapai, STRATEGI yang dipilih untuk mencapainya, dan SISTEM yang mengawal jalannya. Namun untuk mencapai Objective tersebut, untuk memilih dan menetapkan Strategi yang tepat, serta menjalankan Sistem dengan baik diperlukan individu-individu yang KOMPETEN di dalamnya. Disitulah peran penting faktor MANUSIA sebagai AKTOR PELAKSANA. Sebagai partner strategis perusahaaan Departemen HRD ditantang untuk bisa mendapatkan, menempatkan, dan mengembangkan SDM yang berkompetensi tinggi.
KOMPETENSI itu sendiri terdiri dari PENGETAHUAN (knowledge), KETRAMPILAN (Skill), dan SIKAP (Attitude). Ketiga faktor ini mempunyai peran yang sama pentingnya untuk bisa menghasilkan output berupa KINERJA yang maksimal sehingga mendorong tercapainya Objective perusahaan. Di dunia pendidikan pada umumnya membekali kita dari sisi Pengetahuan (Knowledge) dan Ketrampilan (Skill), itupun umumnya lebih menitikberatkan pada hard skill (ketrampilan teknikal). Sementara, untuk ketrampilan personal, ketrampilan bisnis, dan SIKAP (ATTITUDE) justru harus kita gali sendiri, atau pada akhirnya menjadi beban perusahaan untuk melengkapi dan mengembangkannya.
Mengelola SDM (yang notabene adalah MANUSIA, benda hidup, makhluk ciptaan Tuhan, lengkap dengan kompleksitas unsur-unsur humanist yang melekat pada dirinya) juga mempunyai keunikan dan tingkat kesulitan tersendiri. Mereka bukan mesin atau computer yang bersifat pasti. Untuk itu, perlu diciptakan suatu sistem yang tepat untuk mengelola keragaman yang dibawanya untuk menghasilkan output yang searah dan selaras bagi kedua belah pihak, yaitu bagi mereka sendiri dan juga bagi organisasi/perusahaan.

Sumber: Makalah disampaikan dalam Kuliah Umum Penyiapan SDM Industri Manufaktur: Peluang dan Tantangan EraCAFTA" yang diselenggarakan Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (TK FTIUII), 17 Februari 2010 oleh Tanti Syachroni Direktur HRD & GA PT. PISMA Group Surabaya (http://fit.uii.ac.id)

Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memerlukan pembangunan-pembangunan diberbagai sektor. Bukan hanya pada sector infrastruktur tetapi masih banyak lagi salah satunya adalah sumber daya, baik sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia (SDM). Kedua sumber tersebut sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu pembangunan. Khususnya sumber daya manusia pada masyarakat Indonesia yang dirasa masing kurang.
Manajemen sumber daya manusia adalah mencakup sumber daya manusia dengan organisasinya. Pentingnya dikelola secara baik adalah karena manusia selalu berperan aktif dan dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia adalah perencana, pelaku yang sekaligus juga merupakan penentu tujuan organisasi.
Memasuki tahun 2010 kita disambut dengan satu issue besar yang sudah membuat gerah sekian banyak industrialisasi kita, yaitu adanya CAFTA (China-ASEAN Free Trade Agrrement). Serbuan produk China yang membanjiri pasar global sejak tahun 1990-an mendorong turunnya harga barang konsumen di pasar global. Bukan hanya barang-barang konsumen berteknologi rendah dan padat karya, namun juga barang-barang canggih dengan teknologi tinggi, seperti komputer dan handphone. Akibatnya, industrialist di negara-negara maju yang memiliki sektor industri yang kuat serta teknologi tinggi pun semakin gerah melihat serbuan produk China. Demikian halnya yang dirasakan oleh industrialis kita ketika melihat dengan kasat mata semakin membanjirnya produk-produk China hampir menguasai seluruh pasar modern maupun tradisional, di perkotaan maupun di pedesaan.

Ulasan
Dalam mengahadapi era CAFTA, maka hal yang terpenting yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan adalah menyiapkan SDM yang kompeten dan tangguh yang dapat bersaing dengan SDM dari luar. Karena SDM adalah suatu yang paling utama bagi kemajuan dan kelangsungan dari sebuah perusahaan. Mempersiapkan SDM diawali dengan proses pencarian individu-individu yang kompeten yang didapatkan dari jalur pendidikan (untuk memperoleh Skill dan pengetahuan) dan dari dalam diri kita sendiri (mengembangkan positive Attitude). Mempersiapkan SDM dapat dimulai dari sumber daya manusia yang sudah ada, kemudian diberikan pelatihan dan pendidikan karena dengan tersebut juga dapat mempermudah perusahaan sehingga bukan hanya mencari tapi juga perusahaan dapat membantu pemerintah dalam pengembangan sumber daya manusia yang tangguh.
Selain itu dalam hal ini pemerintah harus ikut campur dalam pemberian fasilitas seperti pengembangan usaha-usaha khususnya usaha kecil menengah. Karena usaha kecil menengah masih banyak terbentur diberbagai aspek bukan hanya mengahadapi era CAFTA seperti masalah ketersediaan modal, pemasaran, serta juga izin usaha. Karena dengan begitu Negara juga mendapatkan timbal balik yang dapat membangun bangsa.
Pendidikan juga sangat berperan penting dalam pembangunan bangsa, karena banyak masyarakat Indonesia yang merasa pendidikan sampai SMA sudah cukup. Padahal dengan masyarakat Indonesia mempunyai pendidikan yang tinggi, mereka mempunyai SDM yang mumpuni untuk bersaing dan juga dapat membuat suatu lapangan kerja sendiri. Oleh karena itu dengan bantuan pemerintah, lulusan-lulusan muda dapat lebih berani dalam membuat usaha karena dapat jaminan langsung dari pemerintah. Sehingga para lulusan-lulusan muda Indonesia tidak kan banyak menjadi lulusan terdidik yang seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah.

0

0 komentar:

Posting Komentar

Links

Followers